29 October 2017

Mie Ayam

Vea berlari kecil mencari tempat berteduh. Hujan tiba-tiba mengguyur tanpa disertai mendung. Ya, akhir-akhir ini cuaca sedang tak menentu. Yang awalnya panas, seketika hujan dan mendadak reda. Namun, berbeda dengan sore itu. Sepertinya hujan akan awet. Vea lupa tak membawa payung. Mobil suaminya belum tampak, biasanya jam segini sudah datang menjemput. Mungkin terkena macet. Vea berteduh di tenda kaki lima dekat gerbang kantornya. Hari semakin sore, hujan belum reda, perut Vea keroncongan. Hehehe... Tercium aroma mie ayam, rupanya beberapa tenda kaki lima di sebelah Vea ada penjual mie ayam. Vea melangkahkan kaki menuju tenda tempat aroma mie ayam tadi berasal. "Pak  mie ayam 1 ya, ga pake micin!" kata Vea segera memesan. Hujan-hujan begini pas sekali makan mie ayam, pantas saja bangkunya hampir penuh. Vea kebagian bangku di pojok kanan depan. Sambil menunggu pesanannya datang, Vea melihat seorang gadis kecil duduk di sebelah gerobak mie ayam sambil bermain boneka. "Pak, nanti kalo bapak udah ga sibuk, bikinin susu ya!" ucap gadis kecil itu ke penjual mie ayam. "Iya, nak.. Nanti kita main lagi  bapak kerja dulu biar kita dapet uang buat beli susu." kata si penjual mie ayam sambil sibuk meracik beberapa pesanan.

"Ini, bu, mie ayam tanpa micin." kata penjual sambil menyodorkan semangkok mie ayam. Vea yang sudah kelaparan langsung menyantap makanan kesukaannya itu. "Hmm..lumayan juga rasanya." kata Vea dalam hati. Mie ayam inu baru saja mangkal di dekat kantor Vea, makanya dia baru pertama kali mencicipi. Selama ini di warung tenda tersebut hanya ada tukang bakso, siomay, ketoprak dan gado-gado saja. Kurang dari 10 menit Vea menghabiskan 1 mangkok mie ayam. Hujan mulai sedikit reda, hanya tinggal beberapa pembeli saja yang masih tersisa. Berhubung suami Vea belum juga datang, Vea pun belum beranjak dari bangkunya, pikirnya mending dia numpang duduk disitu sambil nunggu daripada berdiri di pinggir jalan. Vea sibuk melihat update-an di wall instagramnya, namun tiba-tiba dia berhenti dan mendengarkan obrolan penjual mie ayam dengan anaknya. Kebetulan si penjual sedang tidak melayani dan pembeli lain sedang asyik menikmati makanannya. Sedari awal masuk ke tenda mie ayam, Vea tidak terlalu memperhatikan, tapi begitu dilihat lagi sepertinya dia kenal dengan penjual mie ayam itu. "Radit!" kata Vea, tiba-tiba bersuara, dan si penjual seketika menoleh ke arah Vea. "Lho..Vea..!" Si penjual mie ayam tadi juga tampaknya baru menyadari kalo itu Vea  teman SMAnya dulu.

Radit, cowo cakep idola para cewe di sekolah. Gayanya yang cool, modis, dan atletis bikin cewe-cewe meleleh. Radit ini pernah naksir Vea, tapi sayang saat itu Vea sudah punya pacar. Vea ingat beberapa kali Radit mencoba mencuri perhatiannya, tapi Vea hanya menganggap Radit sebagai teman saja. Setelah lulus sekolah mereka sudah tidak pernah ketemu lagi. 12 tahun berlalu sampai hari ini.

"Itu anak kamu, Dit?" tanya Vea.
"Iya, ini anakku, namanya Rania."
"Cantiknya... Mamanya kok ga ikut?" tanya Vea lagi.
"Ya beginilah nasibku, kena PHK akhirnya banting stir jualan mie ayam, istri pergi entah kemana, mungkin dia malu hidup susah, jadi mau ga mau anak harus ikut aku jualan." kata Radit sambil mengangkat Rania duduk dipangkuannya.
Vea jadi terharu mendengar jawaban Radit. Vea menghela napas panjang, dia bingung mau berkomentar apa. Dia sendiri masih tak percaya kalau cowo keren idola di sekolahnya sekarang jadi penjual mie ayam. Ya, begitulah cobaan hidup. Tak bisa di duga. Bisa jadi yang kaya jadi melarat dan yang tadinya melarat jadi sukses. Tapi salut buat Radit, dia mau melakukan ini tanpa minder, apapun pekerjaannya yang penting halal, hasilnya berkah, dan dikerjakan dengan ikhlas.
"Sabar ya, Dit.. Kamu lagi di uji, yang penting harus tetap semangat demi anakmu." kata Vea sambil jalan mendekati ke arah Radit duduk sekalian menyodorkan uang untuk membayar mie ayam.
"Ga usah bayar, Ve.. Biar aja, khusus buat kamu." kata Radit sambil tersenyum.
"Ga mau ah.. Kamu kan jualan. Lagian ini bisa buat beli susu anakmu. Oiya, siapa tau aku bisa langganan makan siang disini, lumayan dekat dari kantor." kata Vea.
"Oohh.. Kantormu disitu! Wah, berarti aku ga salah pilih tempat mangkal. Baru pertama kali jualan, aku pilih tempat ini dan ternyata deket kantormu." Radit tampak sumringah. Dia tak menyangka bisa ketemu lagi dengan cewe yang pernah ditaksirnya.
"Dit, sorry ya, aku pulang dulu.. Suamiku udah ngechat, katanya dia udah nunggu di dekat gerbang kantor. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Daaahh.. Rania, tante pulang dulu ya!" kata Vea sambil melambaikan tangan dan bergegas keluar dari tenda mie ayam.

VuL oF LuV