11 February 2014

Mimpi yang tak Seindah Kenyataan




Sirine ambulan akhirnya berhenti berbunyi seiring terhentinya mobil ambulan yang aku tumpangi. Setelah sekitar 30 menit perjalanan, kami sampai di sebuah Rumah Sakit Jantung paling terkenal di Negara ini. Hari mulai gelap, sayup terdengar suara adzan maghrib dari mushola di Rumah Sakit tersebut diantara derasnya hujan yang mengguyur sejak siang tadi. Nampaknya alam memberi sinyal kesedihan. Sore itu Dafa sedang bekerja di kantornya, tiba-tiba terdengar suara petir yang memekakkan telinga. Dia terjatuh di kamar mandi dan tak sadarkan diri. Seorang teman kantornya meneleponku dan aku segera datang ke kantornya bersama ambulan. Dalam perjalanan dia sempat sadar, matanya menatapku yang tepat duduk disamping kanannya dengan tatapan sayu. Bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu, namun tak terucapkan. Dia menggerakkan jari-jari tangannya perlahan dan menjangkau tanganku yang berada di samping ranjang pasien. Dingin. Ya, tangannya begitu dingin. Aku pun tak dapat berkata apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir membanjiri pipiku. Tangannya menggenggam tanganku dengan erat sampai akhirnya tak terasa lagi genggaman itu karena dia kembali tak sadarkan diri hingga kami tiba di Rumah Sakit.
Para petugas medis dengan sigap menurunkan Dafa dari ambulan, dia kembali tersadar, kali ini dia memanggil namaku sambil mengangkat telapak tangannya. Aku yang sedari tadi selalu berada di samping ranjangnya, meraih tangannya yang sedingin es. Tiba-tiba dia berkata dengan perlahan
“Maafkan aku.. Maafkan aku tak bisa membahagiakanmu. Maafkan aku bila terlalu mencintaimu.”
Aku semakin sedih mendengar itu, air mataku mengalir semakin deras. Aku menangis sesenggukan. Inginku berteriak sekeras-kerasnya karena tak ingin ini terjadi, tapi lidahku serasa kaku, malah tangisanku yang semakin menjadi-jadi. Aku tak ingin terjadi apa-apa pada dirinya. Dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri, meski aku tahu dia menganggapku lebih dari itu. Kami terus berpegangan tangan sampai di pintu ruang UGD. Sesaat sebelum pintu dibuka, sebuah senyuman tersimpul dari wajahnya yang pucat pasi.
“Jaga dirimu baik-baik!” begitu katanya.
Genggaman tangan kami terlepas dan pintu UGD pun ditutup. Pikiranku tambah tak karuan setelah mendengar itu.
“Kakaaaaakk…jangan pergi! Jangan pergiiiiii !!! Kakak pasti baik-baik aja. Kakaaaaaakkk!!!” Aku terus berteriak seperti itu di balik pintu UGD sampai akhirnya seorang perawat menenangkan aku dan menuntunku ke tempat duduk di ruang tunggu.
Kepalaku rasanya berat. Setelah agak tenang aku berjalan menuju mushola untuk sholat maghrib. Selesai sholat aku berdoa sampai menjelang isya. Aku berdoa semoga Dafa baik-baik saja. Bayangan tentangnya pun muncul, ketika pertama kali kami bertemu di kampus. Aku dan dia berada di kelompok yang sama. Sejak itu kami mulai akrab. Saat dia berulang tahun, dia mentraktir makan malam aku dan pacarku. Saat aku sakit, dia mengantarkan makanan untukku. Saat aku ada tugas kantor keluar kota, dia mengantarku ke bandara. Saat kami meluangkan waktu bersama untuk menonton film di bioskop. Sampai saat suatu ketika secara tak sengaja dia membuat aku marah dan dari situlah aku baru tahu kalau dia menderita penyakit jantung. Sejak kecil dia sudah berteman dengan alat pacu jantung yang tertanam di dalam tubuhnya. Aku tahu bagaimana perasaannya terhadapku dan dia sangat baik padaku, namun aku tak memiliki perasaan itu. Aku menganggapnya sudah seperti kakakku sendiri. Meskipun dia juga tahu bagaimana perasaanku terhadapnya, itu sama sekali tidak merubah perasaan, sikap dan kebaikannya terhadapku. Semua bayangan itu muncul memenuhi kepalaku. Air mata yang tak hentinya mengalir sedari tadi, terus mengalir sampai adzan isya berkumandang. Setelah sholat isya, aku berjalan lemas menuju UGD. Pintunya masih tertutup, padahal waktu sudah 1 jam berlalu. Akhirnya aku menunggu di ruang tunggu sampai  tertidur.


Ting tong..ting tong..
Pagi itu nada dering whatsapp-ku berbunyi, aku terbangun dan membaca pesan yang masuk. Dari Dafa!
“Blue… semalem aku ngimpi. Aku masuk rumah sakit dan bla..bla..bla..(baca paragraph 1 - 3)”
OMG!! Untunglah semua itu hanya mimpi ^_^"






VuL oF LuV