Sirine
ambulan akhirnya berhenti berbunyi seiring terhentinya mobil ambulan yang aku
tumpangi. Setelah sekitar 30 menit perjalanan, kami sampai di sebuah Rumah
Sakit Jantung paling terkenal di Negara ini. Hari mulai gelap, sayup terdengar
suara adzan maghrib dari mushola di Rumah Sakit tersebut diantara derasnya
hujan yang mengguyur sejak siang tadi. Nampaknya alam memberi sinyal kesedihan.
Sore itu Dafa sedang bekerja di kantornya, tiba-tiba terdengar suara petir
yang memekakkan telinga. Dia terjatuh di kamar mandi dan tak sadarkan diri. Seorang
teman kantornya meneleponku dan aku segera datang ke kantornya bersama ambulan.
Dalam perjalanan dia sempat sadar, matanya menatapku yang tepat duduk disamping
kanannya dengan tatapan sayu. Bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu, namun
tak terucapkan. Dia menggerakkan jari-jari tangannya perlahan dan menjangkau
tanganku yang berada di samping ranjang pasien. Dingin. Ya, tangannya begitu
dingin. Aku pun tak dapat berkata apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir
membanjiri pipiku. Tangannya menggenggam tanganku dengan erat sampai akhirnya
tak terasa lagi genggaman itu karena dia kembali tak sadarkan diri hingga kami
tiba di Rumah Sakit.
Para
petugas medis dengan sigap menurunkan Dafa dari ambulan, dia kembali tersadar,
kali ini dia memanggil namaku sambil mengangkat telapak tangannya. Aku yang
sedari tadi selalu berada di samping ranjangnya, meraih tangannya yang sedingin
es. Tiba-tiba dia berkata dengan perlahan
“Maafkan aku.. Maafkan
aku tak bisa membahagiakanmu. Maafkan aku bila terlalu mencintaimu.”
Aku semakin sedih
mendengar itu, air mataku mengalir semakin deras. Aku menangis sesenggukan. Inginku
berteriak sekeras-kerasnya karena tak ingin ini terjadi, tapi lidahku serasa
kaku, malah tangisanku yang semakin menjadi-jadi. Aku tak ingin terjadi apa-apa
pada dirinya. Dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri, meski aku tahu dia menganggapku
lebih dari itu. Kami terus berpegangan tangan sampai di pintu ruang UGD. Sesaat
sebelum pintu dibuka, sebuah senyuman tersimpul dari wajahnya yang pucat pasi.
“Jaga dirimu baik-baik!”
begitu katanya.
Genggaman tangan kami
terlepas dan pintu UGD pun ditutup. Pikiranku tambah tak karuan setelah
mendengar itu.
“Kakaaaaakk…jangan
pergi! Jangan pergiiiiii !!! Kakak pasti baik-baik aja. Kakaaaaaakkk!!!” Aku
terus berteriak seperti itu di balik pintu UGD sampai akhirnya seorang perawat
menenangkan aku dan menuntunku ke tempat duduk di ruang tunggu.
Kepalaku
rasanya berat. Setelah agak tenang aku berjalan menuju mushola untuk sholat
maghrib. Selesai sholat aku berdoa sampai menjelang isya. Aku berdoa semoga
Dafa baik-baik saja. Bayangan tentangnya pun muncul, ketika pertama kali kami
bertemu di kampus. Aku dan dia berada di kelompok yang sama. Sejak itu kami mulai akrab. Saat dia berulang tahun, dia
mentraktir makan malam aku dan pacarku. Saat aku sakit, dia mengantarkan
makanan untukku. Saat aku ada tugas kantor keluar kota, dia mengantarku ke bandara.
Saat kami meluangkan waktu bersama untuk menonton film di bioskop. Sampai saat
suatu ketika secara tak sengaja dia membuat aku marah dan dari situlah aku baru
tahu kalau dia menderita penyakit jantung. Sejak kecil dia sudah berteman
dengan alat pacu jantung yang tertanam di dalam tubuhnya. Aku tahu bagaimana
perasaannya terhadapku dan dia sangat baik padaku, namun aku tak memiliki
perasaan itu. Aku menganggapnya sudah seperti kakakku sendiri. Meskipun dia juga
tahu bagaimana perasaanku terhadapnya, itu sama sekali tidak merubah perasaan,
sikap dan kebaikannya terhadapku. Semua bayangan itu muncul memenuhi kepalaku. Air
mata yang tak hentinya mengalir sedari tadi, terus mengalir sampai adzan isya
berkumandang. Setelah sholat isya, aku berjalan lemas menuju UGD. Pintunya
masih tertutup, padahal waktu sudah 1 jam berlalu. Akhirnya aku menunggu di
ruang tunggu sampai tertidur.
Ting tong..ting tong..
Pagi itu nada dering whatsapp-ku berbunyi, aku terbangun dan
membaca pesan yang masuk. Dari Dafa!
“Blue… semalem aku
ngimpi. Aku masuk rumah sakit dan bla..bla..bla..(baca paragraph 1 - 3)”
OMG!! Untunglah semua
itu hanya mimpi ^_^"