16 July 2013

Gadis yang Terabaikan

Di sebuah desa tinggallah seorang gadis kecil bersama neneknya. Gadis kecil itu bernama Thalia. Dia hidup dengan sederhana. Orang tua Thalia bekerja sebagai TKI di luar negeri sejak dia berumur 12 tahun. Sebelumnya, dia tinggal dengan orang tuanya. Mereka terkenal sangat keras dan galak. Tak hanya sekali Thalia mendapat perlakuan kasar dari orang tuanya, mulai dari dimarahi, dijewer, bahkan dipukul dengan benda-benda keras. Hal itu membuat Thalia menjadi pribadi yang murung, tidak percaya diri dan penakut. Sempat dia mencoba untuk kabur dari rumah, saat itu dia masih duduk di kelas 3 SD saat suatu malam dia mencoba membantu ibunya mengisi air mineral ke dalam botol untuk dimasukkan ke dalam kulkas. Sesudah mengisi semua botol dan akan dimasukkan ke kulkas, tanpa sengaja Thalia menyenggol salah satu botol hingga pecah. Melihat kejadian itu, ayahnya langsung memarahinya dan memukuli dengan gebukan kasur. Thalia menangis sesenggukan, maksud dia untuk membantu ternyata malah membuat petaka. Betisnya memar. Dia mencoba menahan rasa sakit itu dan berjalan perlahan menuju ke kamarnya. Selama beberapa lama dia menangis sambil berpikir dan terbesitlah ide untuk melarikan diri dari rumah. Dia mengambil beberapa baju dari lemarinya dan memasukkannya ke dalam tas sekolah, rencananya sepulang sekolah dia akan langsung kabur. Keesokkan harinya, sepulang sekolah... dia berjalan menuju halte bis. Hatinya galau segalau-galaunya. Dia bingung akan pergi kemana, dia juga takut kalau nanti orangtuanya sedih, tapi dia juga lelah bila terus menerus diperlakukan buruk. Sekitar 2 jam dia berdiri di halte, beberapa bis lewat begitu saja hingga akhirnya dia putuskan untuk pulang. Nyalinya terlalu ciut untuk kabur, ternyata dia begitu menyayangi orangtuanya meski apa yang telah mereka lakukan kepadanya. Turun dari bis, dia berjalan menuju ke rumahnya, langkahnya lunglai tak bersemangat. Sesampainya di rumah ibunya langsung memarahinya karena terlambat pulang. Lagi-lagi dia menangis dan langsung masuk ke kamarnya. Seringkali dia berpikir bahwa mungkin dia bukan anak kandung orangtuanya. 

Setelah lulus SD Thalia tinggal bersama neneknya, awalnya dia kira neneknya yang tinggal di desa dan jarang menjenguknya itu adalah nenek yang baik, ternyata tidak. Neneknya bahkan lebih kejam dari orangtuanya. Baru 3 bulan saja dia tinggal, berat badannya turun drastis. Selain sekolah, setiap hari kegiatan Thalia adalah beberes rumah, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring, menyapu halaman, mengelap kaca dan menimba air di sumur untuk memenuhi bak mandi. Dia juga sempat masuk rumah sakit karena terkena tifus dan demam berdarah, 1 minggu dia harus di opname di rumah sakit. Hari demi hari dilalui Thalia hingga tibalah saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru, dia diterima! Dia senang sekali bisa masuk universitas bonafit yang sangat diinginkannya. Berhubung jarak rumah neneknya jauh dari kampus, akhirnya dia dimasukkan ke asrama kampus. Lumayan, iuran di asrama tersebut hanya Rp 18.000,-/bulan. Thalia senang sekali karena bisa terbebas dari segala aturan yang ada di rumah neneknya. Perlahan tubuhnya semakin berisi, tidak sekurus sebelumnya. Dia pun mulai mempunyai teman, bisa bermain dan belajar bersama teman-temannya. Hidupnya berubah 180 derajat. Dia menjadi periang, sampai suatu ketika orangtuanya pulang ke Indonesia untuk menghadiri upacara wisuda. Selesai wisuda, Thalia berencana untuk mencari pekerjaan, namun orangtuanya melarangnya. Mereka berencana untuk menikahkan Thalia dengan pria tua tapi kaya, pilihan otangtuanya. Thalia dengan mentah-mentah menolak rencana itu, dia menyampaikan bahwa dia sudah memiliki pria pilihannya, yaitu teman kuliahnya. Orangtua Thalia tetap memaksa. Pesta pernikahan pun telah disiapkan. Thalia semakin gundah gulana. Di malam sebelum hari pernikahannya, dia kabur dari rumah. Dia menemui kekasihnya, mereka berdua kabur tanpa arah tujuan. Setelah semalaman terjaga di sebuah taman, mereka memutuskan untuk menuju pelabuhan dan menaiki kapal. Sampailah mereka di sebuah pulau, entah apa namanya. Akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia  bersama anak cucu mereka di pulau tersebut.

No comments:


VuL oF LuV