12 April 2016

Alone

Masa kecilnya mugkin berbeda dengan masa kecil anak-anak lainnya. Mungkin lho ya, karna ga tau juga kalo ada yang mirip. Dia kecil tumbuh dalam kedisiplinan. Banyak aturan yang harus ditaati. Waktu bermain pun dibatasi. Kewajiban menjaga adiknya, belajar, tidur siang, dan beberapa pekerjaan rumah.

Kira2 saat dia kelas 1 SD.. 
Suatu sore sepulang dari pesta ulang tahun, dia, adiknya, dan beberapa teman komplek berjalan pulang menuju rumah masing2. Sebelum sampai ke rumah, ada tumpukan batu pondasi dipinggir jalan. Sang adik berlari menjauh dari rombongan dan menaiki bebatuan itu. Dia berteriak "Dee... jangan naik kesitu!"
Adiknya tak menghiraukannya. Beberapa detik kemudian....
Bruuuuggg!
Tumpukan batu yang dinaiki adiknya bergeser. Adiknya tergelincir dan dahinya terbentur batu kali yang tajam. Dia langsung berlari lalu mengangkat adiknya yang berlumuran darah menuju ke rumahnya tak jauh dari situ. Dia menangis dan sudah pasti adiknya juga.
"Mamaaa... ade jatoh!"
Mama dan papa-nya terkejut melihat anaknya sudah berlumuran darah. Mereka pun bergegas membawa adiknya ke rumah sakit. Sebelum pergi papanya sempat memarahinya "Makanya adiknya tuh dijagain, jadi kan ga sampe begini."
"Tadi udah dibilangin, pa.. adiknya ngeyel."
Papanya tak percaya, lalu mereka pergi ke rumah sakit dan meninggalkan dia sendiri di rumah. Dia menangis sedih. Sedih karena kondisi adiknya, sedih karena dimarahi, dan sedih karena ditinggal sendirian di rumah. Hari sudah hampir maghrib, kedua orang tuanya belum juga pulang, dia takut sendirian di rumah. Dia keluar dan berdiri didekat tiang listrik yang ada di samping rumahnya sambil menatap jalan berharap kedua orang tuanya segera datang. Hingga gelap pun sudah menyelimuti langit, dia masih berdiri disitu. Lalu dia memeluk tiang listrik sambil menangis, dia bingung dia harus bagaimana. Dia, seorang anak kecil yang sedang butuh pelukan hangat yang bisa menenangkannya.

Sejak kejadian itu setiap dia dimarahi orang tuanya, dia akan berlari menuju tiang listrik dan memeluknya sambil menangis.

Dia, seorang anak kecil yang ceria, yang suka beres-beres rumah, yang hobi berpetualang (itulah sebabnya dia rajin ikut pramuka), yang suka nonton MTV sejak kelas 3 SD, yang kagetan (pernah dimarahi karena kaget lihat laron hinggap di nasinya dan tanpa sengaja melepas piring yang dipegangnya hingga pecah), yang sering kena sabetan kemoceng (karena ga bisa tidur siang tapi disuruh tidur siang), yang kadang tanpa sengaja menyenggol sesuatu (lalu jatuh dan pecah, lagi-lagi kena marah meski itu saat lebaran), yang seneng bantu2 (meski pas bantu, ga sengaja malah numpahin air dan lagi-lagi kena marah), yang waktu kelas 3 SD berniat kabur dari rumah, yang jarang main dengan teman2 diluar (karena lebih sering di kamar baca Bobo).

Dia, anak yang tetap berpikir positif meski sering kena marah. Dia yang kalau sakit bisa terbebas dari omelan dan sabetan, bahkan ditawari makanan enak. Dia yang happy banget saat diajak liburan.

Dia..
Oh Dia..
Begitu banyak hal yang diterima semasa kecilnya
Dia ditempa begitu banyak dan berat untuk anak seusianya
Apa yang dialaminya membentuk dia yang sekarang

Dia sedih ketika orangtuanya lebih mengasihani oranglain daripada dirinya. Sama seperti kejadian di masa kecilnya, dimana orangtuanya lebih membela anak orang ketika dia berkelahi. Malah dia yang kena marah, padahal perkelahian itu bukan karena salah dia. Dia hanya membela diri.


Dia, sabar dia...
Sabar ya...


Dia butuh pelukan hangat orang yang tulus menyayanginya.

No comments:


VuL oF LuV