Beberapa hari yang lalu seorang teman memberikan
link diatas, intinya menceritakan tentang pengalamannya yang mendapat perlakuan
tidak terpuji (pelecehan) dari beberapa oknum Satpol PP di Pos Penjagaan Kantor
Walikota Jogja.
Aku sendiri kurang paham batasan mengenai
pelecehan, terutama pelecehan seksual. Sepengetahuanku selama ini pelecehan
seksual itu tindakan pemerkosaan, pencabulan atau sebangsanya, pokoknya yang
berhubungan dengan pemaksaan suatu pihak terhadap pihak lain dengan bersentuhan
tubuh.
Sebenarnya aku pernah mengalami kejadian
seperti yang dialami temanku itu, malah bukan hanya sekali. Tanpa bermaksud
sombong, berikut beberapa pengalamanku :
1. Zaman sekolah dulu, setiap berangkat atau pulang aku
melewati perempatan jalan karena memang bus selalu menaikan dan menurunkan
penumpang disitu (maklum dulu belum punya kendaraan pribadi, jadi kemana-mana ngebis). Situasi perempatan pasti ramai,
entah tukang ojek, penjual gorengan, penjual mi ayam, orang-orang yang sedang
menunggu angkot dan beberapa pemuda
pengangguran yang nongkrong ga jelas
nunggu apaan. Nah, tidak tahu kenapa setiap aku lewat situ hampir bisa
dipastikan selalu ada suara “suit..suit..” atau “cewek kok sendirian aja?” atau
“cewek, kenalan donk” dan kata-kata godaan lainnya. Aku tidak pernah
memperhatikan asal suara-suara tersebut karena prinsipku “selama mereka tidak
menyebut namaku, anggap saja godaan mereka itu bukan ditujukan untuk aku”.
Tidak sedikit pula dari suara-suara itu yang akhirnya berkata “Iiih… sombong,
diajak kenalan aja ga mau”. Terserah mereka berpikir apa, itu hak mereka dan
aku pun punya hak untuk tidak menanggapi kelakuan
seperti itu. Kecuali bila mereka memanggil atau menyapaku dengan “Tessa,
kok sendirian?” atau “Tessa, boleh kenalan ngga?”
nah, itu baru aku tanggapi. Apakah kelakuan
tersebut masuk dalam kategori pelecehan? Dalam setiap kejadian tersebut aku
sedang mengenakan seragam sekolah, bukan pakaian seksi.
2.
Suatu hari (lupa waktu kejadiannya) aku sedang
mengendarai sepeda motor dan berhenti di lampu merah jalan Solo Yogyakarta,
tepat di samping kiri berhenti mobil patroli polisi, di dalamnya ada 3 orang.
Selagi menunggu lampu menjadi hijau, salah seorang dari mereka berkata “Mau
kemana, mbak?” yang satunya lagi berkata, “Boleh kenalan ngga? Nomer HP-nya berapa?”. Aku pura-pura saja tidak mendengarnya
dan kebetulan detikan lampu merah sudah hampir habis, jadi begitu lampu hijau
menyala aku langsung tancap gas. Wuzzzz… Kejadian tersebut apakah termasuk
dalam kategori pelecehan? Saat kejadian itu aku sedang mengenakan celana jeans,
kaos dan jaket, bukan pakaian seksi.
3.
Dulu setiap hari kerja aku selalu melewati Satuan
Keamanan Kampus UGM yang terkenal galak, tapi beberapa orang diantaranya pernah
ada yang nggodain aku (pasti bukan
hanya aku, cewek yang lain juga). Entah nanya “Namanya siapa?” “Wah, orang westprog ya? (karena melihat plat motor
CC)” atau sapaan lainnya dengan mimik muka senyum-senyum ga jelas. Sebelum punya KIK, keadaan seperti ini bisa aku
manfaatkan untuk masuk lingkungan kampus tanpa KIK. Cukup membalas senyuman
mereka atau menanggapi ocehan mereka, lalu bablas
masuk UGM tanpa KIK, tanpa omelan dan tanpa mbayar.
Hmmm…kira-kira kalau nggodain seperti
diatas termasuk kategori pelecehan atau tidak? Saat kejadian tentunya aku pakai
baju rapi, secara…memasuki wilayah kampus jadi tidak mungkin pakai pakaian
seksi.
4.
Ada juga kejadian saat aku mau membuat SKCK di Polres
Wates. Waktu kejadiannya sudah tidak ingat. Pagi itu aku sampai di Polres
sekitar jam 10. Karena belum pernah membuat SKCK, maka aku tidak tahu dimana
letak ruangan untuk mengurus surat tersebut. Dari parkiran aku berjalan masuk
dan kulihat ada beberapa polisi yang sedang mengobrol di bangku depan sebuah
ruangan. Mereka tampak senyum-senyum dan entah berkomentar apa karena aku tidak
mendengarnya, hanya melihat mereka komat-kamit sambil melihat ke arahku. Tak
ada orang lain yang berjalan di belakangku dan sebelum aku berjalan ke arah mereka,
pandangan mereka tidak sedang melihatku.
“Permisi Pak, mau tanya ruangan
untuk mengurus SKCK di sebelah mana?” kataku.
“Wah, mba ngapain bikin SKCK
memangnya kelakuannya belum baik?” kata seseorang nyeletuk dan aku tidak menjawabnya.
“Kenalan donk mba, namanya
siapa? Boleh minta nomer HP-nya ga?”
kata seseorang lainnya dan aku tidak memperdulikannya.
“Mau daftar PNS ya?” kata
seseorang lainnya.
“Itu mba ruangannya yang pojokan,
dari sini lurus, terus belok kiri” kata seorang lainnya.
“Ooohhh..oke. Terima kasih, Pak”
jawabku, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
Sesampainya di ruangan yang di
maksud, ada 2 orang petugas yang berjaga. Aku menyerahkan berkas-berkas yang
menjadi syarat pembuatan SKCK, lalu aku diberi selembar form untuk diisi. Setelah
selesai, form aku serahkan ke petugas tadi dan aku diminta untuk menunggu. Saat
aku akan berbalik arah menuju tempat duduk ruang tunggu, aku lihat salah
seorang polisi yang tadi ada di gerombolan, masuk ke ruang kantor SKCK melalui
pintu belakang lalu dia duduk di kursi di dalam ruangan itu menghadap ke arah
luar dan matanya memperhatikanku. Risih? jelas! Tetapi aku tidak negative thinking. Aku pikir mungkin
kebetulan saja dia duduk disitu dan melihat ke arahku. Sekitar setengah jam,
SKCK jadi. Aku di panggil untuk tanda tangan, lalu pulang. Sesampainya di
rumah, nada sms di HP-ku berbunyi dan aku lihat ada sms dari nomor asing.
“Halo Tessa, udah sampai rumah
belum?” katanya.
Aku balas, “Maaf, ini siapa ya?”
“Masa lupa, kan tadi ketemu”
katanya.
“Hah, kapan? dmn?” kataku”
“Di Polres. Aku tadi lihat
berkas SKCK-mu, makanya aku bisa dapat nomer HP-mu” katanya.
Aku lupa siapa nama Polisi yang
kirim sms, kejadiannya sudah lama dan aku sudah tidak pernah menjawab smsnya,
lalu nomernya pun hilang saat HP-ku eror.
Nah, kalau kejadian nggodain rame-rame dan nyolong nomer HP masuk ke dalam
pelecehan tidak? Saat mengurus SKCK aku memakai celana jeans, kemeja dan jaket.
Kalau di teliti dari setiap kejadian di atas,
rata-rata nggodain itu pasti terjadi
saat orang yang di goda sedang sendirian, sementara yang menggoda
bergerombolan. Coba jika keadaannya terbalik, pasti tidak berani. Jujur aku
tidak suka dengan para lelaki yang sering nongkrong
diperempatan tanpa tujuan yang jelas, ujung-ujungnya pasti mereka itu nggodain cewek yang lewat sendirian. Parahnya lagi
kalau yang nongkrong itu pakai seragam kerja, mereka itu mikir atau tidak sih, memalukan!
Seperti yang aku katakan diawal, aku sendiri
kurang faham mengenai hal apa saja yang dapat dikategorikan pelecehan. Positive thinking-nya adalah “Anggap aja kita ini artis dan mereka itu
para penggemar, selama mereka hanya menggoda lewat suara atau tatapan, biarin aja.
Kecuali mereka berani menyentuh kita, hajar deh sampe babak belur!!!”
Buat Adriani yang mau melaporkan kejadian
pelecehan yang terjadi padanya, aku dukung!!!
Ganbatte \m/
Efek jera itu perlu. Semoga setelah
pelaporan ini tidak ada lagi oknum dari instansi tersebut dan instansi lainnya
yang berbuat demikian. Sekian.