Ada yang pernah
“ditembak” 2 orang dalam sehari ???
Pernah?
Hmmm… Sama! Saya juga!
*Ikutan kata2 si Uya Kuya*
Jadi tuh kemarin siang
pas lagi nyuci piring tiba-tiba aja keinget kejadian ini dan baru hari ini
sempet nulis di blog. Ceritanya begini …
A few years ago when I
was sitting on class 2 of Senior High School. Aku ikut les di salah satu tempat
les paling “oke” pada jamannya, apalagi yang ngiklanin si Doel Anak Sekolahan dan waktu itu aku memilih untuk
les di cabang pusat, lokasi dimana iklan itu dibuat. Sebenarnya memilih cabang
itu bukan karena faktor tersebut, cuma pengen punya teman-teman baru aja. Kalau
les di cabang yang ada di kotaku, pasti muridnya teman-teman di SMA aku juga. Bosen!
Jadwal lesku Senin –
Rabu – Jumat. Setiap pulang sekolah aku langsung meluncur ke tempat les,
kecuali hari Jumat karena jam 11 sekolah sudah bubar jadi bisa pulang dulu ke
rumah buat ganti baju. Jarak dari sekolahku ke tempat les cukup jauh,
perjalanan naik bus sekitar 1 jam, itupun kalau busnya ga ngetem. Hari pertama masuk les masih canggung, secara belum kenal
siapapun tapi lama kelamaan bisa membaur. Asyik juga bisa punya teman dari
berbagai sekolah di Jogja, bisa tukar pikiran, info dan pengetahuan. Berasa
jadi “katak keluar tempurung” hahaha…
Les selesai jam 17.30. Nah,
padahal jam segitu udah jarang bus kecil yang rutenya lewat rumahku. Jadi
untung-untungan deh, apesnya kalau bus kecil sudah habis terpaksa naik bus
besar antar propinsi. Hufff…hati-hati aja jangan sampai ketiduran biar ga
kebawa ke propinsi lain. Hahaha… untungnya aja aku ga sendiri, ada Dewi dan
Yusuf yang rutenya searah denganku. Dewi itu orangnya kurus, tinggi sekitar
155-160, rambutnya bergelombang sebahu, kulit sawo matang dan pakai kacamata.
Yusuf itu orang Palembang, tingginya sekitar 160-165, kulit putih, ga kurus
tapi juga ga gendut, lumayan enak dipandanglah *hadehh..pemandangan kali ahh*,
dia pindah ke Jogja setelah lulus SMP dan tinggal bersama kakaknya. Yusuf ini
baik sama aku, kalau di bus ada 1 kursi kosong pasti dia suruh aku untuk duduk,
bukan Dewi. Yusuf ini di kelas pendiam, tapi di bus dia bisa cerita panjang
lebar. Sewaktu Yusuf ga berangkat les, aku pulang sama Dewi dan di bus dia
cerita tentang Yusuf.
“Eh, si Yusuf itu aneh
orangnya!” Kata Dewi
“Aneh gimana sih?”
Jawabku bingung.
“Dia dan aku udah ikut
les dari kelas 1, tiap pulang les pasti bareng naik busnya tapi kenapa dia sama
sekali belum pernah ngajak ngomong aku? Kenapa juga dia bisa akrab sama kamu,
padahal kalian baru aja kenal?!”
“Hahaha…dia takut kali
sama kamu atau jangan-jangan dia naksir kamu, tapi malu jadinya diem aja.”
“Iiihh… ga mungkin
banget!”
“Hahaha…ya udah besok
aku tanyain ke orangnya.”
“Eeehh… ga usah, ga
usah.”
Jumat, 5 Oktober
Hari itu pulang sekolah
lebih awal karena guru-guru pada rapat, sekitar jam 9an kalau ga salah.
Kebetulan hari itu aku berencana ke kantor POS untuk mengambil beasiswa
bulanan. Lumayanlah, sejak kelas 1 dapat 2 beasiswa pendidikan dari Supersemar (karena
selalu masuk ranking 5 besar saat SMP dan bisa masuk SMA Negeri) dan Pertamina (yang
ini lupa karena apa ya, kayanya sih tetap berhubungan ama nilai akademik).
Tadinya mau naik angkot ke kantor POS yang jaraknya cuma 2km dari sekolah, eh
tiba-tiba ada yang nawarin mau nganter. Lumayan, ngirit ongkos dan ngirit waktu
daripada kelamaan nunggu angkot lewat. Oiya, yang nganter namanya L. Sebelum dia mengantarku pulang, dia mengajak aku mampir
ke rumahnya untuk dikenalkan dengan kakaknya. Hanya sebentar aku
berbincang-bincang dengan kakaknya karena dia harus siap-siap untuk berangkat
kuliah, sementara itu aku dan L masih melanjutkan obrolan di teras hingga
tiba-tiba suasana menjadi hening.
“Kamu udah punya pacar
belum?” Kata L.
“Belum.” Jawabku pelan.
“Hmmm… boleh ga aku
jadi teman dekatmu?”
“Hah? Maksudnya?”
“Aduhhh..gimana ya
ngomongnya, ya itu tadi…”
“Iya, maksudnya teman
dekat tuh apa? Bukankah selama ini emang udah berteman?”
“Hmmm…Pacar!” L
menjawab dengan malu-malu.
“Duuuhh…gimana ya? Ini
ga harus dijawab sekarang kan?”
“Hmmm…ngga sih! Tapi jangan
lama-lama juga jawabnya, aku kasih waktu 1 minggu buat mikir.”
“Hahaha… Oke deh!”
Catatan
kaki ^-^
L ini teman sekelasku,
kami sudah akrab dari kelas 1. Semua berawal dari kebiasaan kami bertukar
sepatu, maklum telapak kakiku ini big
size mirip ukuran kaki cowok *hedeww*. Nah sejak itu jadi akrab, sering
ngobrol pas istrirahat, makan bareng di kantin dan maen bareng anak-anak 1 genk. Meskipun waktu itu sempat terjadi
kesalahpahaman ketika kenaikan kelas yang bikin kami berdua cuek-cuekan selama beberapa waktu, tapi
akhirnya pas kelas 2 bisa akrab lagi. Dia mulai sering duduk satu bangku dengan
aku. Kadang kalau dia datang lebih awal, pasti dia menaruh “sesuatu” di laci
meja, jadi pas aku datang dan ingin menaruh tas di laci… jreng… jreeeng… aku
menemukan sebungkus coklat dan atau setangkai bunga mawar merah.
Setelah pamit dengan
kakaknya, akhirnya L mengantarku pulang. Sorenya aku berangkat les seperti hari
Jumat sebelum-sebelumnya. Les selesai. Hari itu Dewi tidak berangkat, otomatis
aku hanya menunggu bus berdua dengan Yusuf. Tumben banget bus lewat lebih cepat
dari biasanya dan banyak bangku yang kosong. Aku dan Yusuf duduk sejajar
bersebelahan, kami melanjutkan obrolan yang tadi sebelum naik bus. Beberapa
saat setelah pembahasan tadi selesai, tiba-tiba …
“Cha, kamu tau kan
kalau aku pemalu. Aku jarang ngobrol sama oranglain, tapi ga tau kenapa aku
bisa ngobrol banyak sama kamu. Akuuu.. suka sama kamu. Kamu mau ga jadi
pacarku?”
“Haaaahhhhh!!! Oh My
God ada apa dengan orang-orang hari ini ya?” Aku shocked!
“Maksudnya?”
“Eeee..engga..engga,
aduh kok malah jadi aneh ya. Aku kaget aja, ga nyangka kamu bakal bilang hal
ini. Lagian kita kan baru kenal 3 bulan, ketemu aja seminggu cuma 3 kali. Apa
kamu ga salah?”
“Maaf kalau aku bikin
kaget. Emang sih kita baru kenal 3 bulan, tapi aku merasa cocok sama kamu. Kita
bisa nyambung ngobrolin apa aja. Setiap hari aku kepikiran kamu. Aku banyak
cerita tentang kamu ke teman-teman cowokku di kelas. Bahkan untuk nembak kamu aja tadi di sekolah aku
latihan ngomong sama temanku.”
“Ya ampuuunn. Hahaha…
kamu lucu banget sih. Aku hargai usahamu untuk mengungkapkan perasaan, tapi aku
sendiri bingung mau jawab apa. Aku perlu waktu untuk berpikir.”
“Iya, mungkin aku
terlalu terburu-buru. Baiklah aku kasih kamu waktu untuk berpikir.”
Les berikutnya hari
Senin. Aku bertemu Yusuf. Setelah aku pikirkan selama beberapa hari, akhirnya
aku putuskan untuk berteman saja. Karena bagaimana bisa aku menerimanya
sementara aku belum begitu mengenalnya. Bayangin aja 3 bulan itu sama dengan 12
minggu kalau seminggu les 3 kali berarti baru ketemu 36 kali itupun belum
dipotong hari ketika aku atau Yusuf ga berangkat les. Sejak jawabanku saat itu
Yusuf tidak pernah lagi berangkat les dan sayangnya aku tak punya no HP-nya
sehingga kami benar-benar lost contact. Jika
suatu saat Yusuf membaca ini, mungkin dia sudah bisa berpikir dewasa dan
mengerti mengapa aku menolaknya. Maaf ya… *Pisss!!*
Heran deh, kenapa
kebanyakan orang yang diputusin or dikecewakan
karena hal lain kebanyakan malah frustasi, bahkan yang ekstrimnya ada yang
sampai bunuh diri. Helloooo!!! Rugi banget kan kalau kaya gitu, dosa pula, yang
ada malah orang yang mutusin atau ngecewain jadi ga respect.
Aku??? Hahaha… aku juga
pernah dikecewain, bukan cuma sekali malah. Sedih ga? Sedih bangeeettt nangis
seember, hahaha ngga…ngga… nangis sih tapi masih sewajarnya aja, paling
banting-banting galon kosong. Hahaha…besokannya udah berusaha tegar dan pasang
strategi untuk balas dendam! *melirik dengan memicingkan mata* Hahaha…
Saran aja buat
kamu-kamu yang sedang dikecewakan, balaskan dendammu dengan menjadi manusia
yang lebih baik lagi, tunjukkan pada orang tersebut bahwa kamu bisa jadi orang
hebat tanpa dia dan buat dia menyesal seumur hidupnya karena telah
menyia-nyiakanmu!
Fighting!!! *gaya Hyun
Eun Hye*