06 January 2014

The Boys Part 3 (Kalau cinta jangan maksa)




Badanku dulu tak begini…
Tapi kini tak kurus lagi…

Kebayang ga sih tinggi 160cm dengan berat badan kurang dari 40kg?
Kurus banget kan?
Rambut panjang berponi rata diatas alis, udah mirip helm.
Kulit item ngga, putih juga ngga, tengah-tengah gitu deh.
Gaya tomboy dan sporty, lengkap dengan lesung pipi yang bener-bener ada di tulang pipi, bukan di pipi.

Kalo pas kelas 1 SMP aku ke sekolah jalan kaki or naik bus, nah pas kelas 2 udah mulai males jalan kaki. Lebih pilih naik sepeda atau naik bus. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 1km, semisal naik bus cuma bayar Rp 100,- aja. Berhubung di rumah ada sepeda punya tante yang udah usang dan tak terpakai, aku pikir kenapa ga dibenerin aja kan lumayan buat dipakai sekolah. Cling! Bukan sulap bukan sihir, sepeda federal punya tante tampak seperti baru. Cat yang mengelupas udah ga kelihatan. Awalnya warna abu-abu dan biru, berubah jadi warna abu-abu dan oranye. Lebih ceria pastinya!

Ke sekolah sambil naik sepeda rupanya lebih menyenangkan, ga terlalu cape dan lebih cepat nyampe. Sekitar 2 bulanan naik sepeda, aku baru nyadar kalo setiap mau nyebrang di depan sekolah pasti di dekat gerbang selalu berdiri seorang anak kecil. Cowo imut, putih dan yang paling mencolok adalah bibirnya yang merah merekah. Serius! Mirip ama Macaulay Culkin pemeran Kevin dalam film Home Alone. Hahaha…

Awalnya aku pikir itu suatu kebetulan aja. Kebetulan pas aku sampai sekolah, kebetulan tuh bocah lagi berdiri di depan gerbang. Tapi aneh banget kalo itu kebetulan karena kejadiannya setiap hari begitu dan sejak aku sadar kalo dia memperhatikan aku, aku pasti melihat mukanya saat melewati gerbang sekolah dan sebuah senyuman pun terpancar dari wajahnya yang imut.

Aku ga tahu dia itu siapa dan kelas berapa karena seingatku anak-anak seangkatanku (kelas 2) ga ada yang mirip dia. Rasa penasaran pun terjawab ketika salah seorang adik kelasku, yang ternyata teman sekelasnya memberikan aku sepucuk surat. Ya, lagi-lagi surat. Maklum pada zaman itu belum ada HP or BB. Hahaha…

Jam istirahat belum berakhir, aku masuk kelas dan membuka surat itu. Isinya begini :
Halo Kak, boleh kah aku berkenalan? Maaf kalau aku terlalu lancang mengirimkan surat ini.
Aku tahu aku ini masih kelas 1, tapi saat pertama melihat Kakak rasanya ada yang berbeda dan sejak saat itu, setiap pagi aku selalu menunggu kakak di gerbang sekolah.
Aku berasal dari Lampung dan saat ini aku tinggal di rumah pamanku. Berikut ini biodataku:
Nama : Doddy P. P. (sengaja aku singkat)
Alamat : …….. (di keep aja)
TTL : Lampung, 13 Desember 1987
Hobi : Main bola (whahahaha…ngekek banget baca ini)
Oiya, kalo boleh aku minta biodatanya Kakak ya, biar aku bisa mengenal Kakak lebih jauh.
Mohon maaf bila ada salah-salah kata.
NB : Aku tunggu balasannya.

(tanda tangan)
Doddy

Hadeuuhh… abis baca itu surat aku langsung ketawa cekikikan, lucu banget ada anak kecil udah berani ngirim surat, mana isinya biodata pula dan yang lebih parahnya tercantum HOBI : MAIN BOLA. Hahaha…

Teruuuss, dibalas ga suratnya?
Uhmm… dibalas donk, tapi ga pake nyantumin biodata segala. Cuma kata-kata seperlunya, yang intinya kalo mau berteman sih oke-oke aja.

Selepas dari surat itu, beberapa waktu kemudian ada surat lagi yang datang. Waktu itu yang membawa adalah salah seorang teman sekelasku.
“Nih, ada titipan dari anak kelas 2B!” Kata temanku.

“Siapa?” Kataku.

“Baca aja sendiri, kan ada namanya!” Kata temanku dengan nada kesal.

(Catatan kaki: sebenarnya temanku ini suka sama aku dan aku juga suka sama dia, tapi kami sama-sama jaim. Nah, ternyata yang mengirim surat itu (anak 2B) adalah sahabatnya. Sementara si sahabatnya ini ga tahu kalau temanku itu suka sama aku. Makanya waktu dia menyerahkan surat, tampangnya jutek banget. Hahaha…)

Untuk menjaga perasaan temanku, surat itu tidak aku baca di kelas. Aku berjalan ke belakang sekolah, depan toilet, disanalah aku membacanya. Isinya tentang pengungkapan perasaan sekaligus nembak! Tertanda Suprayitno. Hffttt… yang mana lagi ini orangnya, mana namanya terdengar ”mistis” pula. Selesai membaca, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil segayung air dari kamar mandi. Aku celupkan surat itu sampai kertasnya hancur, lalu aku bentuk seperti bola dan ku lempar ke atas genteng sekolahan. Beres!!

Dua minggu kemudian, saat istirahat, aku lihat seorang cowo sedang mengintip di jendela kelasku dari arah parkiran sepeda (sebelah kelasku adalah parkiran sepeda). Tampaknya dia berusaha untuk memanggilku tapi aku pura-pura tidak mendengarnya, hingga beberapa temanku yang ada di kelas membantunya.
“Tes, itu dipanggil ama Prayit.” Kata salah seorang temanku.

Mau tak mau akhirnya aku menoleh ke arah cowo yang wajahnya terpampang di jendela. OMG! Jadi itu yang namanya Prayit, ga tinggi ga pendek, item dan agak gendut.
“Tes, kok suratku ga dibalas?” Kata Prayit.

“Ooh, belum sempet. Aku sibuk!” Jawabku dengan males-malesan, lalu aku menarik Ugi yang kebetulan ada disitu dan pergi ke kantin.

Beberapa hari kemudian, aku berpapasan dengan Prayit di dekat parkiran sepeda. Dia memberikan aku surat lagi. Surat kedua darinya berisi hal serupa dengan surat pertama dan surat kedua pun bernasib sama, aku celupkan ke air, aku bentuk seperti bola, lalu aku buang ke atas genteng sekolah. Karena merasa tidak nyaman ditagih terus, surat kedua aku balas. Dalam surat balasan aku menyatakan bahwa aku mau fokus belajar dan merasa lebih baik berteman saja. Setelah aku memberikan surat balasan padanya, keesokan harinya dia tidak masuk sekolah selama 3 hari berturut-turut. Salah seorang teman sekelasnya berkata padaku kalo Prayit stress gara-gara aku. Lha, kok aku? Aneh banget, itu mah dia sendiri aja yang bikin. Aku menolak bukan karna fisik lho ya, buktinya aku membuang surat pertamanya sebelum aku melihat wujudnya. Aku menolak karena menurutku isi suratnya terlalu memaksa, sementara aku aja ga kenal sama dia. Mas Sari yang udah kenal akrab aja aku tolak, apalagi ini. Ya kalo-kalo Prayit baca cerita ini, mudah-mudahan dia bisa mengerti. Piss Bro !!

Oiya, buat sekolah SMP ku…maaf kalo aku mengotori genteng. Sebenarnya bukan cuma 2 surat itu aja yang aku lempar ke genteng. Ada beberapa surat dari beberapa orang juga. Kebetulan SMP ku itu dekat ama SMK PGRI (sekolahannya mas Sari) dan SMK BOPKRI. Aku juga heran kenapa anak-anak di SMK tersebut banyak yang kenal aku, padahal aku ga pernah kenalan sama mereka dan beberapa dari mereka mengirimkan surat. Aneh-aneh deh isinya, tapi ya tetap seputaran perasaan. Berhubung aku ga kenal dan ga tau yang mana orangnya, cuma lihat namanya aja di surat, walhasil nasib surat mereka berakhir di genteng sekolahan. Hehehe…

Hikmah dari cerita kali ini adalah “Jangan terlalu memaksakan kehendak, hormatilah perasaan oranglain.”


Semua cerita tentang “Boy” ditulis kurang lebih seperti aslinya karena udah lama jadi agak lupa-lupa inget, tapi kalo intinya inget banget. Bukan bermaksud riya’ atau sombong, semua cerita ini ditulis hanya untuk mengenang masa lalu aja lho yaa...


2 comments:

Unknown said...

maklum lah, wes tuo, rodo2 pikun.. hahahahahahaha!

cha qyute said...

Hu umm.. kalo mau pinter tuh harus belajar yang pikun! hahaha..


VuL oF LuV