07 October 2016

Cinta Terbawa di Nasi Kotak









"Vi, hari ini jadi lunch bareng, kan?" Kataku bertanya pada Via.


"Uhm.. gimana ya, jadi sih tapiii aku dapet nasi kotak dari kantor." Via menjawab dengan nada bingung.


"Gini aja.. kita makan bareng, tapi nanti aku bawa makan sendiri. Gimana?"


"Nah, siip itu !!! Sampai ketemu di tempat biasa ya." Kata Via lalu menutup telponnya.


Awal aku mengenal Via karena kita dulu satu kantor. Dia sebagai head cashier dan aku kepala gudang. Kerjaan kita sebenarnya tidak saling berhubungan secara langsung, tetapi aku sering ke kantor accounting untuk bertemu dengan bagian purchasing yang kebetulan mejanya ada di sebelah meja Via.
Dia terlihat serius saat bekerja, saking seriusnya mungkin sampai tidak peduli di sekitarnya ada siapa. Untuk menarik perhatiannya, kadang aku mengusilinya. Dan dari situ kita jadi saling kenal. Bila pekerjaan Via sudah selesai, kadang dia main ke gudang (ruanganku) untuk curhat atau melihat-lihat stock barang yang ada. Seringnya bertemu dan bertukar pikiran membuatku lama-lama merasa nyaman dengan Via. Apalagi kita sering makan siang bersama, bukan berdua ya...karena rame-rame bareng teman yang lain juga.
Via juga membuat aku menjadi lebih religius. Jujur saja di umur hampir kepala 3 sholatku masih bolong-bolong, tapi karena Via sering mengajak sholat berjamaah, dengan senang hati aku jadi rajin sholat.


Suatu hari aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya. Aku berniat serius, aku mau menikahinya. Namun, jawaban Via membuyarkan mimpiku. Dia hanya menganggapku sebagai kakak. Mungkin aku yang terlalu berharap, apalagi sebenarnya aku tahu dia sudah memiliki kekasih. Tak apa... cinta tak harus memiliki, yang penting dia tahu bagaimana perasaanku.


Setelah penolakan itu, aku dan Via masih tetap berteman. Akan menyakitkan bila tak dapat memiliki lalu menjadi musuh. Aku sudah cukup bahagia hanya dengan melihatnya setiap hari. Beberapa bulan kemudian, Via resign karena diterima bekerja di perusahaan lain. Aku sedih. Aku tak ingin berpisah, tapi itu yang terbaik untuk karir dan masa depannya, maka aku mendukungnya.


Setelah Via pindah, ruanganku jadi sepi.. tak terdengar lagi gelak tawanya, suaranya, dan nada tingginya saat kujahili. Aku jadi lebih sering keluar ruangan dan berharap jam makan siang segera tiba.


Siang itu setelah telpon-telponan, aku dan Via bertemu di tempat biasa, yaitu timur gelanggang mahasiswa UGM. Kalau biasanya kita akan pergi cari warung nasi, jajan mie ayam, atau jajan soto, kali ini kita berdua hanya duduk di pinggiran pagar gelanggang yang ada pohon rindangnya. Hehehe... ya, dia makan nasi kotaknya dan aku makan bekal yang tadi kubeli di warung. Ini adalah unforgettable moment. Demi bisa makan bersama, meski bawa makan sendiri yang penting makannya bareng.


Via semakin sibuk dengan pekerjaan, hingga kadang dia tak sempat keluar cari makan dan harus delivery dari kantor. Lama-kelamaan kita jarang bertemu dan aku dengar kabar dia sekarang tinggal di luar kota. Kenangan nasi kotak itu lah yang paling membekas sampai sekarang.


No comments:


VuL oF LuV